JawaPos.com – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi tentu berdampak pada semua sektor industri, termasuk pula industri jasa ekspedisi. Dalam menghadapai tantangan ini, J&T Express Jawa Timur,sebagai ekspedisi global yang sedang berkembang di Indonesia, bekerjasama dengan PT Isuzu Astra Motor Indonesia dan Agung Rent mengadakan pelatihan untuk transporter (driver) J&T Express.
PT Isuzu Astra Motor Indonesia, selaku agen tunggal pemegang merek Isuzu di Indonesia, mengedukasi para transporter tentang economic driving yaitu kebiasaan berkendara untuk mencapai efisiensi konsumsi BBM optimal agar lebih ekonomis.
Sedangkan Agung Rent, selaku perusahaan rental kendaraan, memberikan edukasi tentang defensive driving yaitu materi tentang perilaku pengemudi yang lebih mengedepankan kewaspadaan terhadap keselamatan, hal ini sangat diperlukan karena berhubungan dengan keselamatan diri sendiri dan orang lain pada saat berkendara.
Dalam sambutan yang diberikan General Manager J&T Express Jawa Timur, Bapak Denny Lim, menjelaskan bahwa program pelatihan untuk transporter ini memang program yang rutin diadakan untuk para transporter J&T Express guna memberikan ilmu pengetahuan dan peningkatan keterampilan dalam berkendara agar orangnya bisa selamat, paket yang dibawa juga bisa cepat dan aman sampai ke tujuan. Karena transporter merupakan bagian penting yang akan mengantarkan paket ke setiap cabang ataupun antar gateway. Sehingga kami berharap dari pelatihan ini transporter J&T Express bisa menjadi driver yang profesional dan aman dalam berkendara.
Technical Product Support Division Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia, Beny Dwyanto, dalam sambutannya di lokasi lain di Jakarta mengatakan bahwa kenaikan BBM ini merupakan isu yang sangat serius dimana roda perekonomian dipengaruhi oleh harga BBM, apalagi oleh para pelaku di industri yang melibatkan transportasi sebagai kegiatan operasionalnya. Oleh sebab itu, Isuzu hadir bekerja sama dengan beberapa pelaku usaha mengadakan kegiatan pelatihan dengan tujuan untuk memberikan edukasi tentang bagaimana berkendara yang baik dan benar agar penggunaan BBM menjadi lebih efisien.
Economic Driving Behaviour
Setidaknya terdapat enam hal yang perlu diperhatikan pada gaya berkendara pengemudi agar penggunaan solar bisa lebih hemat, yakni jaga kecepatan, jaga RPM mesin, memaksimalkan gigi tinggi, menjaga kecepatan konstan, efektivitas engine brake, dan idling, seperti dijelaskan dalam materi pengajaran Isuzu bagi para pengemudi berdasarkan tes 1 km di jalur lurus.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Jaga Kecepatan
Perlu diketahui, dalam kinerja mesin sebuah kendaraan terutama di Isuzu, kecepatan 80 km/jam adalah kecepatan yang ideal—utamanya di jalan tol yang memungkinkan kecepatan tersebut.
Jika dikomparasikan, kecepatan 80 km/jam setara 6,7 km per liter, sedangkan 90 km/jam setara 6,1 km per liter, dan 100 km/jam setara 5,4 km per liter.
2. Jaga RPM
Dalam hal menjaga RPM atau putaran mesin, cenderung menginjak pedal setengah bisa lebih menghemat solar dibanding injak hingga mentok. Demikian pula dengan RPM seperti pada keterangan di spidometer. RPM 1.000-2.000 (zona hijau di spidometer) adalah kategori hemat, sedangkan RPM 3.000 ke atas (zona merah) akan jauh lebih boros.
3. Maksimalkan Gigi Tinggi
Maksimalkan gigi tinggi (4, 5, dan 6) juga membuat kendaraan lebih hemat solar dibandingkan cenderung di gigi 3 ke bawah. Sebab, dengan RPM yang sama, laju mobil menjadi lebih jauh.
Menurut catatan Isuzu, cenderung memanfaatkan gigi 6 bisa meraih 10,6 km per liter dibandingkan cenderung di gigi 4 (6,7 km per liter).
4. Jaga Kecepatan Konstan
Kecepatan yang konstan berarti RPM juga konstan. Dengan menjaga kecepatan konstan, maka RPM tidak naik turun dan bisa menghasilkan efisiensi solar 6,7 km per liter. Jika kita tidak konstan dalam kecepatan, maka hasilnya bisa di 6,1 km per liter, atau bahkan 5,5 km per liter. Sebagai contoh, terkadang pengemudi berakselerasi lalu melambatkan laju dengan mengaktifkan
exhaust braking atau rem knalpot. Rem knalpot memang berperan untuk meminimalkan beban rem cakram ataupun tromol pada roda. Namun, mengandalkannya karena kita kerap berakselerasi tiba-tiba sama saja membuang solar karena daya tertahan dalam pengereman.
5. Pengereman
Pengereman yang berarti terjadi pengurangan kecepatan atau deselerasi juga berpengaruh pada efisiensi solar. Triknya adalah menghindari pengereman secara tiba-tiba walaupun sebenarnya pengemudi bisa memperhitungkan dan sadar bahwa kendaraan sudah harus stop pada jarak tertentu. Akan lebih efisien jika pengemudi sedari awal pelambatan kendaraan sudah menggunakan engine brake atau pengereman mesin, contohnya dalam 300 meter menuju jarak yang ditentukan.
Perbandingannya, jika melaju dan rem tiba-tiba bisa membuang 24,1 cc solar,
pelambatan dengan engine brake dalam 300 meter menuju titik stop hanya menghabiskan 0,8 cc solar.
6. Mesin Menyala Saat Diam
Hindari mesin menyala saat diam. Misalnya saja, saat penurunan barang dalam jumlah kecil, sekadar urusan administrasi, dan lainnya yang mungkin terbilang remeh secara waktu. Sebab, saat itu, sudah pasti solar terbuang percuma. Namun jika hal ini dilakukan secara sering, tentu efeknya akan berpengaruh pada total efisiensi solar.
Di luar gaya berkendara dalam menunjang eco driving, Isuzu sendiri sudah terkenal akan efisiensi bahan bakarnya. Terlebih lagi, di mesin terbaru seperti pada Isuzu Elf, performa mesin meningkat bahkan hanya dengan RPM yang lebih kecil dari sebelumnya. Isuzu NLR truk ringan 4 ban misalnya. Jika sebelumnya berdaya 100 PS pada 3.400 rpm, kini ia menggunakan mesin 4JJ1-TCC berdaya 120 PS pada 2.600 rpm saja.
Adapun Isuzu Elf NMR tipe 6 ban jika sebelumnya 125 PS pada 2.900 rpm kini menggunakan mesin 4HL1-TCS berdaya 150 PS pada 2.600 rpm saja. Jadi, kombinasikan trik eco driving dengan kendaraan yang juga hemat solar.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Saksikan video menarik berikut ini:
© PT Jawa Pos Grup Multimedia